Pada hari itu, kami bertujuh berangkat ke dua titik lokasi budidaya di Bogor, kolam milik seorang pembudidaya. Bisa dibilang perjalanan yang cukup mulus, hari yang cerah, udara lembab Bogor masuk lembut membuat tubuh mendadak berkeringat, hingga sampailah kita pada titik Point di Pamijahan (Point adalah semacam customer service eFishery yang tersebar di daerah-daerah). Selama perjalanan berlangsung, satu hal yang membuat saya tidak bisa lepas dari terus berkeliling untuk melihat sekitar adalah keasrian lingkungan yang sangat indah. Saya tak henti-hentinya takjub mengamati tiap pepohonan dan sungai kecil yang ada disana. Bukan berarti saya tidak pernah menginjakan kaki di tempat seperti itu, justru saya jadi bernostalgia dengan lokasi pemberdayaan yang biasa saya kunjungi dahulu semasa masih berkuliah.

Disana sudah menunggu Aji, seorang teknisi lapangan (disebut TSS) yang menurutku agak berbeda dari TSS lain. Ia seorang yang cukup berbakat, mengingat latar belakangnya dari politeknik dan jurusan elektronika. Ketika alat dari efishery tidak bekerja sebagaimana mestinya, atau butuh penyesuaian agar membuat pembudidaya langganan kita senang, ia sigap mencari tau penyebabnya dan segera mencarikan quick hack untuk itu. Mulai dari memberikan tambahan sensor infrared untuk menghentikan saat kosong, atau mencari kadar partikel dalam air untuk menyesuaikan pemberian pakan saat air kolam sedang keruh. Ada saja akalnya!

Kami diajaknya berkeliling dan berdiskusi dengan petani pemilik lahan. Singkat cerita, kami sampai di lokasi Pak Baban, kepala kelompok tani sebuah lahan budidaya ikan berupa kolam deras. Kami pun berdiskusi dengan beliau mengenai keluhan dan saran yang beliau punya. Sejauh obrolan berlangsung, nampaknya beliau meng-highlight bahwa beliau justru banyak dibantu langsung oleh Aji sebagai TSS untuk menggunakan berbagai fungsi eFishery Smartfeeder. Sebutlah, Syncing account, Mendaftarkan Feeder, Setting pemberian pakan. Menggunakan, mencontohkan, mengajarkan, melepas. Membuat para pembudidaya ini sedikit demi sedikit semakin tech savvy dan mandiri. Sebuah pilihan proses empowerment yang kita ambil.

Satu hal yang menurutku menarik adalah bagaimana Aji ini betul-betul merepresentasikan jiwa seorang techtivist _(Technology Activist — In an oversimplified way aku definisikan sebagai seorang _problem solver atas masalah masyarakat melalui media teknologi)* -*jargon yang agaknya sempat kugaungkan beberapa waktu lalu- terlepas dari orientasinya yang jelas untuk bekerja, tetapi misi pribadinya jauh melampaui sekadar itu. Profilnya sebagai seorang pribadi lulusan elektro menurutku sangat tergambarkan dari keterampilannya dalam membuat small hacks ketika dibutuhkan, tentunya dimotori dari pengalamannya dahulu mengikuti lomba dan membuat beragam gadget semasa masih berkuliah. Sebagai seseorang di lapangan ia juga memahami medan dan harus memahami proses budidaya ikan. Dan terlebih lagi, sebagai pihak yang langsung bertemu dengan pembudidaya, ia menunjukkan diri bahwa ia mampu berbicara pada bahasa dan pemahaman seorang pembudidaya tradisional, sebuah skill yang jarang sekali dimiliki engineer-engineer “kekinian”. Sebuah representasi lengkap dari seorang katalis -pembawa misi- penyerapan inovasi teknologi di desa. Yang menarik juga, baginya, posisinya bekerja saat ini dipatoknya bukan sebagai titik akhir, namun justru menjadi sebuah titik tolak.

Sekarang belajar dulu gimana interaksi sama warga, sambil naikin skill ngembangin produk juga

Kurang lebih demikian tuturnya. Senang bisa mendapat energi dari seorang pribadi kreatif seperti dia.

Overglossing. Terlalu menghias dengan kata-kata indah. Kadang terlintas pemikiran seperti itu ketika membaca tulisan seperti ini atau mendengar mimpi orang, atau terkekeh sinis mendengar narasi diri. Tetapi bung, perjuangan dalam membawa perubahan itu adalah sebuah proses yang panjang lagi melelahkan. Ia berupa interrelasi kompleks dari proses alam dan merupakan estafet lintas generasi yang mungkin tanpa ujung. Jadi, apa salahnya sedikit berdongeng dalam menjalankannya supaya bisa masem-masem sendiri pas ngeliat kebelakang. Tapi intinya, pegang teguhlah mimpi kecilmu itu, listen to that small heart of yours. Jangan terganggu oleh noise di sekitar.

Salut kepada seluruh TSS dan tim lapangan yang menginspirasi. Semangat terus Aji!

Originally published in https://royyandzakiy.wordpress.com/2020/08/17/survey-kolam-budidaya-ikan-aji-yang-terampil-dan-bermasyarakat/